PAMEKASAN| Pro-Desa.com –Ada yang baru beberapa tahun terakhir ini dalam proses panen padi di masyarakat Madura khususunya di Kabupaten Sumenep. Kini para petani sudah menggunakan mesin panen modern yang dikenal dengan nama Combine Harvester. Masyarakat menyebut dengan nama pendek mesin combine saja.
Mesin panen padi canggih ini amat sangat membantu para petani, karena bisa menekan biaya produski, sehingga memungkinkan ada penambahan keuntungan yang lebih banyak bagi petani dibandingkan dengan menggunakan alat tradisional seperti sebelumnya. Selama ini keluhan petani penyebab kecilnya keuntungan karena biaya produksinya yang tinggi.
Di areal pesawahan yang tidak terlalu luas di bagian selatan Desa Banjar Timur Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep, siang itu Sabtu (12/4/25) tampak keseriusan para petani yang tengah panen padi mereka. Tampak bolak balik di jalan pinggiran petak sawah beberapa sepeda motor mengangkut gabah hasil panen, dari pesawahan menuju rumah petani.
Di siang itu di areal pesawahan terlihat ada sekitar 6 mesin combine yang tengah bekerja memanen padi. Combine ini besarnya hampir seukuran mobil pickup. Cara kerjanya mirip dengan alat pencukur rambut. Combine mencukur batang padi mulai bagian tengah hingga bagian atas yang berisi biji padi.
Lalu diproses di mesin dan langsung keluar dalam bentuk gabah bersih yang siap dijemur. Yang mengendalikan combine ini hanya dua orang, seorang pengemudi dan satu orang pembantu yang bertugas memasukkan gabah ke dalam karung gabah ukuran 50 kilogram.
“Alat ini masuk ke sini sekitar lima tahun. Sebagian besar mesinnya didatangkan dari Jawa dan sebagian kecil kepunyaan petani sendiri. Kami merasa sangat terbantu dengan menggunakan mesin panen ini,” kata Sutrisno salah seorang peteni di Dusun Ahadan Desa Banjar Timur Kecamatan Gapura Sumenep.
Mesin combine itu, kata Trisno juga sudah merata dan ada di arel pesawahan di deda desa di wilayah kecamatan Gapura. Para petani semuanya tertarik menggunakan mesin ini karena bisa menekan angka biaya produksi yang harus dikeluarkan.
Dengan menggunakan mesin combine ini, kata Trisno, selain cepat selesai, hasilnya bersih dan petani juga bisa menekan biaya yang dikelurkan. Dana yang dikeluarkan oleh petani bisa menghemat 50 persen dibandingkan dengan menggunakan alat panen tradisional yang di masyarakat dikenal dengan nama ‘’kleser’’.
Kerja mesin combine ini juga sangat cepat. Untuk lahan seluas satu hektar, hanya membutuhkan waktu antara 3 jam 4 jam sudah selesai tuntas, petani sudah bisa membawa pulang gabah dari sawah kerumah masing masing. Berbeda sekali dengan alat tradisional sebelumnya yang bisa membutuhkan waktu hingga satu hari penuh bahkan hingga mencapai dua hari.
Dengan menggunakan combine ini juga tidak membutuhkan banyak pekerja, selain satu orang pengemudi dan satu pembantu yang berada di atas cobine tersebut. Pemilik padi hanya tinggal menunggu dan memantau proses pengangkatan gabah dari sawah menuju rumah mereka.
Apakah dengan mesin canggih ini tidak mengakibatkan terjadinya pengangguran atas para pekerja pertanian yang sebelumnya biasa bekerja dengan mesin tradisional?
Trisno mengaku tidak mengganggu, karena para pekerja itu bisa menjadi tukang angkut gabah hasil panen dari sawah menuju rumaah pemilik padi.
Karena combine yang beroperasi di desanya banyak yang masih mendatangkan dari Jawa, kata Trisno, untuk mengefisiensi, kini beberapa kalangan petani sukses juga sudah ada yang tertarik untuk membeli sendiri combine tersebut, termasuk diantaranya dengan cara patungan.
“Harganya kalau tak keliru perunit sekitar Rp 400 jutaan. Mahal memang namun kalau dipakai dan dirawat dengan baik, akan mudah kembali modal karena yang akan menyewa mesin juga banyak. Petani sangat diuntungkan dengan panen menggunakan mesin combine tersebut,” pungkasnya. (mas)