KOTA BATU|Pro-Desa.com – Ketua Asosiasi Kepala Desa Kota Batu (AKD Kota Batu, Wiweko, berusaha terus memotivasi para kades lain agar membangun desanya secara maksimal untuk kemakmuran warganya. Salah satunya, Wiweko mengajak para kades anggota AKD Kota Batu untuk mengelola potensi di masing-masing desanya dengan baik agar anggaran yang dikelola Pemerintahan Desa bisa benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.
“Saya selalu mendorong dan memotivasi temen-temen kades untuk mengelola potensi di masing-masing desanya biar anggaran yang dikelola bermanfaat untuk masyarakat,” kata Wiweko kepada DutaIndonesia.com Minggu 27 Maret 2022.
Dalam kaitan ini Wiweko bukan hanya sebagai Ketua AKD Kota Batu atau pengurus AKD Jatim saja, melainkan juga sebagai kades yang berprestasi. Bahkan, Kepala Desa Oro Oro Ombo, Kecamatan Kota Batu, ini telah mengantarkan desanya menjadi peraih ranking 1 Indeks Desa Membangun (IDM) tingkat nasional dari Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kementerian Desa PDTT. Prestasi ini sangat membanggakan warga Desa Oro Oro Ombo sebab penilaiannya dilakukan secara langsung oleh Tim Kementerian Desa-PDTT di mana Wiweko sendiri tidak melakukan persiapan khusus. Artinya, Kades Wiweko membangun desanya bukan untuk lomba atau ingin meraih penghargaan, melainkan semata-mata untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Lalu apa kiat sukses Wiweko dalam membangun desanya? Dari desa yang dulu dicap miskin hingga menjadi desa yang maju? “Yang penting kita samakan persepsi dulu antara lembaga yang ada di desa. Seperti BPD, LPMD, dan tokoh masyarakat. Kami ajak untuk bersama-sama mengimplementasikan visi misi RPJMDes dan RPKDes sampai ditetapkan dalam APBDes untuk selanjutnya dilaksanakan pembangunan. Yang jelas kami tidak punya keinginan jadi ranking 1 IDM. Mungkin aja perencanaan yang kita susun bersama mitra BPD dan lainnya tepat sesuai kriteria Kementerian Desa. Dan tidak sengaja pula, kami masuk nominator,” kata Wiweko.
Sempat disebut, keberhasilan meraih ranking pertama IDM itu karena pembangunan Rest Area Jalibar (Jalur Lintas Barat) yang menggunakan Dana Desa (DD) total sebesar Rp 2 miliar. Lokasi wisata kuliner yang berada di puncak ketinggian Kota Batu dengan panorama yang indah perpaduan antara gunung dan hamparan kota Batu berhias ribuan “kunang-kunang” (sebutan untuk kerlap-kerlip lampu-lampu di sekujur Kota Batu, Red. itu memang semakin luas dan ditata apik. Dulu rest area ini sepi, sekarang banyak dikunjungi wisatawan yang ingin menikmati indahnya Kota Batu dari ketinggian bukit.
Wiweko membenarkan bila secara bertahap dia tengah melakukan pengembangan Rest Area Jalibar. “Ya sedikit demi sedikit. Kalau luas rest area ini rencananya 2 sampai 3 hektare. Tergetnya tahun 2024 mudah-mudahan bisa selesai semua,” katanya.
Namun Wiweko meluruskan kabar bahwa IDM didapat dari poin Rest Area Jalibar saja. “IDM bukan dari rest area aja, banyak indikator yang menjadi poin atau penilaian tim dari pusat,” katanya.
Kriterian penilaian itu, antara lain, faktor pendidikan. Apakah di desa itu ada sekolah mulai PAUD sampai SMA. Lalu apakah pelayanan kesehatannya dilakukan dengan baik, juga apakah ada kantor pos, apotek, hingga tersedianya jalur evakuasi posko pantau kebencanaan. “Jadi banyak indikatornya. Bukan salah satu saja, tapi penilaian dilakukan terhadap semua indikator tadi. Harus ada kesesuaian yang sebenarnya ada di desa. Jadi semua saling berkaitan dari pelayanan publik dan sarana prasarana yang ada di desa,” katanya.
Dari Miskin Jadi Maju
Menurut Wiweko, sejak tahun 2008 dirinya sudah bercita-cita memajukan desanya yang saat itu dikenal sebagai desa tertinggal. “Saat itu desa kami masuk dalam kategori desa tertinggal bersama dua desa lain,” ujarnya. Saat menjabat kades, Wiweko pun membuat terobosan. Dia menjalin kerja sama dalam pengelolaan tanah kas desa seluas 4 hektare dengan Jawa Timur Park Group untuk membangun Batu Night Spectakular (BNS.
“Kerja sama ini menjadi cikal bakal berkembangnya pembangunan di desa kami. Saat itu sempat terjadi permasalahan, bahkan saya didemo dan dihujat, namun setelah kita sinkronisasi persepsi antara semua elemen, akhirnya desa kami berkembang dan maju sekarang menjadi desa yang mandiri,” ujar Wiweko.
Menurutnya, dalam sebuah pembangunan memang harus ada kebijakan yang “dipaksakan” bila kebijakan tersebut benar dan untuk kepentingan masyarakat. “Alhamdulillah sekarang sudah menjadi masyarakat yang baik secara ekonomi,” ujarnya.
Pembangunan terus berkembang dan kini Desa Oro Oro Ombo sudah menjalin kerja sama dengan banyak pihak termasuk dengan Perhutani. Sekedar diketahui, dalam pemutakhiran data IDM tahun 2021, tercatat 3.269 desa di Indonesia dinyatakan sebagai desa mandiri. Dari jumlah tersebut, sebanyak 697 desa atau 21,32 persen berada di Jatim. Pencapaian ini merupakan yang tertinggi di Indonesia dan selanjutnya disusul oleh Jawa Barat di peringkat kedua dengan total 586 desa mandiri serta di peringkat ketiga Provinsi Jawa Tengah dengan total 199 desa mandiri.
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa dan Walikota Batu Dra Hj Dewanti Rumpoko MSi juga memberikan apresiasi terhadap lima desa yang masuk dalam 10 ranking tertinggi nasional. Lima desa asal Jatim tersebut antara lain Desa Oro-oro Ombo yang dipimpin Kades Wiweko, Kota Batu dengan skor 0,9981, Desa Gentengkulon, Kecamatan Genteng, Banyuwangi dengan skor 0,9924, Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu dengan skor 0,9886, Desa Gentengwetan, Kecamatn Genteng, Banyuwangi skor 0,9867, Desa Punten, Kecamatan Bumiaju, Kota Batu dengan skor 0,9775. “Alhamdulillah, kerja kami untuk masyarakat dinilai bagus oleh Pusat,” kata Wiweko. (gas/bdh