Program Satu Desa Satu Lapangan Perlu Dilanjutkan

SIDOARJO | Pro-Desa.com – Untuk memasyarakatkan olahraga, sejak 2015 Kementerian Pemuda dan Olahraga menggalakkan Program Satu Desa Satu Lapangan. Sejauh mana program ini berjalan?

Rupanya berjalan tapi tidak optimal. “Dulu saya pernah mengajukan proposal untuk program ini, tapi belum ada jawaban. Lalu, ada cerita dari teman dari desa lain, desanya mendapat tawaran program ini tapi persyaratannya rumit. Tapi kami maklum, masalah administrasi memang harus benar,” kata seorang kades di Kec. Wonoayu Sidoarjo kepada Pro-Desa.com.

Menurut dia, program ini bagus sebab sangat dibutuhkan oleh masyarakat desa, sehingga bias dipadukan antara program desa dengan Kemenpora. “Jadi, setelah tahun 2017, sebaiknya dilanjutkan. Khususnya bila pandemic Covid-19 berakhir,” katanya.

Sebelumnya, Deputi IV Bidang Olahraga Prestasi Kemenpora saat itu, Gatot Dewa Broto, mengatakan program tersebut sampai saat ini masih berjalan. Namun dia juga tak menutupi sempat ada sedikit kendala, terkait pemotongan anggaran.

Meski begitu, Program Satu Desa Satu Lapangan tak berarti mandek. Bahkan hingga kini makin banyak desa yang sudah merasakan efek positif dari program ini.

“Program ini sudah berjalan, tapi tidak seluruh desa di Indonesia. Karena jumlah desa di Indonesia ada 74.000, tidak mungkin terjangkau sampai kabinet saat ini berjalan,” kata Gatot.

“Tahun 2016 ada 365 desa yang kami jangkau untuk program ini. Sebelumnya tahun 2015 lebih tinggi, sampai menembus angka 400 desa. Kenapa tahun lalu menurun jumlahnya, karena ada pemotongan anggaran,” ujar Gatot.

Lebih jauh, Gatot mengatakan tahun 2017 ini akan menjadi tahun terakhir program ini berjalan. Ini dikarenakan fokus pemerintah di tahun 2018 sudah tertuju pada persapan Asian Games.

“Tahun 2017 ini sepertinya akan menjadi finalisasi program ini. Setiap desa mendapat bantuan sekitar Rp150-160 juta,” ucap Gatot.

Dalam menjalankan program ini, Pemerintah juga mendapat permintaan dari PSSI. PSSI meminta lapangan yang dibuat supaya menggunakan lapangan buatan (sintetis).

“Saya harus katakan, dalam hal ini PSSI meminta pada kami supaya membuat lapangan sintetis, supaya tidak rusak saat terkena hujan. Tapi kami tidak bisa memenuhi itu, mungkin kalau secara random bisa, tapi tidak semua,” kata Gatot Dewa Broto. (buhar)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *