Kopi Gunung Kelud sudah terkenal, bukan hanya di Indonesia tapi juga di sejumlah negara lain. Salah satunya di Hongkong. Banyak petani di lereng Gunung Kelud menanam kopi. Namun yang fokus menggeluti kopi hanya satu kelompok tani di Dusun Laharpang, Desa Puncu, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Namanya Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Lamor Kelud Sejahtera Laharpang, Puncu, Kediri, dengan luas lahan sekitar 45 hektare.
Oleh Gatot Susanto
WARGA Laharpang, dan umumnya masyarakat Puncu, tak akan pernah melupakan bencana erupsi Gunung Kelud, 13 Februari tahun 2014 silam. Letusan gunung ini sungguh dahsyat. Selain Jawa Timur dan Jawa Tengah, erupsi Gunung Kelud menyebabkan hujan abu terbang sampai Jawa Barat.
Namun pada musibah ada hikmah di baliknya. Lahar vulkanik yang dimuntahkan Gunung Kelud membuat tanah pertanian dan perkebunan di sekitar gunung yang berada di daerah perbatasan Kediri, Blitar, dan Malang ini menjadi sangat subur. Termasuk tanah di perkebunan kopi Puncu.
“Awalnya daerah Puncu menjadi daerah terdampak parah erupsi Gunung Kelud 2014,” kata Aynut Dhobit, pendamping KSM Lamor Kelud Sejahtera Laharpang Puncu, Kediri, kepada Pro-Desa.com.
Selain itu, saat erupsi Gunung Kelud, banyak lembaga-lembaga tanggap bencana datang untuk melakukan recovery. Termasuk Laznas Al Azhar. Namun ketika semua organisasi kemanusiaan itu kembali ke kota, Laznas Al-Azhar melakukan program pendampingan masyarakat untuk recovery ekonomi. Salah satunya dengan membudidayakan tanaman kopi dan mengolah hasilnya menjadi produk olahan kopi.
“Itu berjalan sampai sekarang. Dan salah satu kegiatan ekonominya adalah usaha Kopi Laharpang Kelud,” katanya.
Untuk itu, Laznas Al Azhar bersama masyarakat sekitar juga membangun kedai kopi sebagai etalase untuk menjual dan mempromosikan kopi Laharpang. Respon masyarakat pun sangat positif. Begitu pula respon wisatawan yang berkunjung ke destinasi Gunung Kelut, yang berdatangan dari berbagai daerah di Indonesia.
Warga pun melakukan sinergi dengan berbagi pihak, termasuk mengembangkan desa wisata yang merupakan program Pemkab Kediri. Maka, berdirilah Kedai Lamor Coffee, yang diresmikan oleh Direktur Laznas Al Azhar, Agus Nafi, pada 9 November 2019.
Petani mengembangkan kopi jenis Robusta, yang rasanya khas. Sebagian orang menyebut ada aroma nangka di antara rasa kopi Robusta Laharpang. Selain itu juga ada Kopi Liberika dan jenis Arabika. Para petani pun semakin bersemangat ketika hasil perkebunannya semakin meningkat. Lebih dari itu, petani bisa tersenyum melihat masa depan yang cerah di lahan perkebunan kopinya.
“Semangat guyub untuk maju menjadi aset paling berharga kelompok ini dalam pengembangan usaha kopi. Semua bergerak. Dan yang juga penting ada inovasi dari kita. Bahwa karena ini dilakukan berjamaah, maka usaha ini tidak murni bisnis tapi ada unsur pemberdayaannya. Ada unsur semangat, harmoni, rukun antara warga,” katanya.
Hal itu bisa pula dilihat dari amal berjamaah yang dilakukan melalui usaha ini. Keuntungan usaha kopi, misalnya, sebagian dipakai untuk menyentuh sektor pendidikan. Caranya, mulai dari membuat bimbingan belajar, memberikan beasiswa kepada anak kurang mampu, dan kegiatan-kegiatan masyarakat lainnya. Lalu juga kegiatan sosial keagamaan masyarakat setempat dan masih banyak lagi aksi sosial dari kelompok ini.
“Support di bidang pendidikan belum banyak. Baru ada 5 santri yang kita support pembiayaan pendidikannya setiap bulan. Selain itu secara swadaya memperbaiki jalan kampung, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Kami ingin dengan kopi bisa ikut membangun negeri,” ujarnya.
Memanfaatkan Platform Digital
Semua aktivitas itu di-blow up agar dikenal masyarakat lebih luas lagi. Salah satunya masuk ranah media sosial (medsos) sebagai penyesuaian di era digitalisasi. Termasuk layanan pemesanan kopi yang kebanyakan melalui medsos.
Maka, permintaan pun mengalir dari berbagai daerah di Tanah Air.
“Kalau domestik lintas pulau, kami sudah sering melakukan pengiriman. Kalau ekspor belum, kecuali permintaan terbatas oleh para pekerja migran di luar negeri seperti di Hongkong hingga Mesir. Para pekerja migran Indonesia (PMI) menjadi agen kami di luar negeri untuk mempromosikan kopi dari lereng Gunung Kelud ini, kopi Laharpang. Permintaan dari luar negeri ini lumayan banyak. Kalau awal-awalnya dikirim dari Kediri,” katanya.
Sistem yang diberlakukan di Laharpang adalah, kebun kopi milik anggota ditampung oleh kelompok yang mengelolanya. Selain itu, hasilnya diolah menjadi produk oleh kelompok. Begitu pula pemasarannya dilakukan kelompok dibantu warga.
“Kami punya marketplace sendiri berupa kedai Lamor Coffee. Hulu-hilirnya dikelola kelompok kami. Sehingga harapanya bisa sampai pada tujuan pemberdayaan yaitu kemandirian. Kami memang ingin kemandirian. Untuk itu monggo kunjungi media sosial kami bila ingin tahu lebih banyak lagi,
Instagram@kopilaharpangkelud, @lamorcoffee, dan @saunglamorkelud,” katanya.
Dia mengatakan, kerja keras warga juga mendapat dukungan dari Astra. Perusahaan otomotif ini menyalurkan CSR (Corporate Social Responsibility) -nya untuk membantu kelompok tani ini agar bisa berkembang. “Salah satunya Astra mensupport mesin roasting. Ini yang membuat kami bisa lebih banyak produksi,” katanya.
Geliat petani kopi lereng Gunung Kelud pun mampu menggerakkan perekonomian warga. Selanjutnya juga meningkatkan taraf kesejahteraan warga. Indikasinya, kata Aynut, pasca erupsi Gunung Kelud pendapatan petani meningkat. “Dulu rata-rata pendapatan per bulan 1.850.000 tapi sekarang menjadi 2.500.000,” katanya.
Lalu apa yang membuat kopi Kelud disuka? Aynut Dhobit tidak menjawab pasti. Dia hanya meminta agar pecinta kopi mengunjungi langsung kedai Lamor Coffee di Kediri untuk membuktikan betapa khas aroma kopi Laharpang.
“Waduh, kalau soal khas teste-nya saya tidak bisa menceritakan rasa khas kopi Laharpang. Silakan masyarakat mencoba langsung. Ya dengan menyeruput kopi langsung di kedai kami,” katanya.
M. Fatoni, warga Jombang, pun merasakan rasa khas kopi Laharpang ini. Sebagai penggemar kopi, dia sering melakukan eksplorasi rasa kopi ke berbagai daerah. Dan kopi Laharpang, menurut dia, memiliki rasa khas. “Kalau disebut ada rasa nangkanya, memang begitu. Tapi rasa kopinya lebih harum,” katanya saat ditemui di lokasi. (*)